#BUBARKANBPOM
by Zeng Wei Jian
Club reaksioner menggugat: Vaksin Nusantara bukan inovasi Anak Bangsa. Metodenya, Komponen antigen, granulocyte-macrophage colony-stimulating factor, medium pembuatan sel, dan alat-alat laboratorium diimport dari Amerika. Fasilitas RSUP dr. Kariadi ngga ber-standar Good Manufacturing Practice. Istilah “Nusantara” dinyatakan “Ngga Akurat”.
Makin cadas. Mereka menyatakan; Researcher dominan orang-asing. Ngga ada izin riset. Peneliti lokal cuma nonton. Ga ngerti apa-apa. Planga-plongo. Pake darah orang Indonesia. Thus, berperan sebagai Guinea pig. High cost. Ga efisien. Satu orang sedot biaya pengembangan 200 juta rupiah.
Rilis resminya; Proses pembuatan vaksin dendritic dilakukan secara manual dan open system. Mestinya tertutup. Sekitar 71 persen relawan mengalami kejadian yang tidak diinginkan (KTD) seperti nyeri otot, nyeri kepala, penebalan, kemerahan, gatal, ptechiae, lemaz, mual, demam, batuk, pilek dan gatel-gatel.
Waktu tokoh nasional dan Anggota DPR-RI ikut diambil darahnya, haters teriak “Jangan Politisasi”. Lalu mereka ngumpulin 100 tokoh dan naikan hashtag Save-BPOM.
Ngeriiikkk…!! Butuh 4 paragraf inventarisir “gugatan” Club Reaksioner. Edan. Lengkap. Multi-dimensi attacks. Giat sekali. Cairrr…!!! Relawan DKR Web Warouw sebut mereka “Doger Monyet”.
“Kami tahu siapa-siapa yang menggerakan. Pake ‘narahubung’ ngumpulin para tokoh. Seolah-olah dukung Badan POM. Kan enggak benar ini,” kata Melki Laka Lena, Wakil Ketua Komisi IX DPR-RI.
Hearing antara Komisi IX dengan Menristek Bambang Brodjonegoro, Dr.Terawan, dan peneliti menyimpulkan KTD Vaksin Nusantara ngga masalah. Lenyap sendiri. Ngga diobatin.
Ngga stop di situ. Jumat pagi (16/4/2021), Kepala BPOM Penny K Lukito datang ke RS Immanuel Bandung. Melihat proses uji-klinis fase #3 Vaksin Longcom Anhui.
Kepala BPOM mengapresiasi keikut-sertaan RS Immanuel & UNPAD dalam hal uji klinis vaksin Longcom Anhui dalam rangka mensukseskan program percepatan penyediaan vaksin di Indonesia.
Laah kok ya beda perlakuan antara Vaksin Longcom Anhui dan Vaksin Nusantara?
BPOM harus menjelaskan alasan mengizinkan peredaran Vaksin Pfizer dan Moderna yang melakukan overlapping preclinical studies with the early phases of the trials. Uji preklinis pada hewan dilakukan bersamaan dengan Uji Klinis Fase #1.
BPOM berhutang penjelasan mengapa mengeluarkan izin edar UK’s Vaksin AstraZeneca yang Efikasi lansia-nya “tidak jelas”, disinyalir menyebabkan blood clot pascavaksinasi, Data keampuhan-nya dianggap “penipuan” di Amerika dan South Korea AstraZeneca dinyatakan mengandung babi oleh MUI.
Indeed, sekitar 60 percent orang Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol ngga percaya AstraZeneca. Denmark adalah Negara Uni Eropa pertama yang menghentikan penggunaan Vaksin AstraZeneca dan membuang stock 2.4 juta dosis.
BPOM hendaknya tidak menggunakan Vaksin Nusantara sebagai topeng polemik lari dari Masalah AstraZeneca.
THE END
0 Comments